Kebiasaan Buruk Para Siswa
Siswa merupakan kaum terpelajar yang tiada lain tugasnya adalah belajar, tapi pada kenyataannya tidak selalu demikian, ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap dilakukan oleh siswa walaupun faktanya tidak semua siswa demikian. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah:
  • Terlambat datang ke sekolah
Terlambat wujud ketidakseriusan siswa menuntut ilmu, tapi belum tentu mutlak, karena ada siswa yang tidak biasa terlambat; kemudian terlambat karena alasan tertentu yang bisa diterima oleh akal. Biasanya siswa yang terlambat siswa-siswa itu saja yang sudah rutin kesalahannya, seperti nongkrong dulu, merokok dulu, atau alasan kesiangan bangun. Mestinya siswa datang ke sekolah lebih awal daripada gurunya, tapi faktanya sebagian siswa tidak. Kebiasaan nongkrong mestinya di sekolah sambil diskusi bersama teman-teman bukan nongkrong di luar sekolah, apalagi biasanya nongkrong sambil merokok. Kebiasaan ini merusak reputasi diri dan sekolah. Jika alasan kesiangan bangun pagi, maka tidurnya harus lebih awal dari biasanya, makanya berdoa dulu sebelum tidur dan minta dibangunkan orang tua; maka sebenarnya alasan kesiangan pun hanya alasan klasik saja.
  • Merokok 
Usia perokok pemula di Indonesia makin muda. Kondisi ini disebabkan tidak adanya peraturan perundangan yang melarang anak-anak merokok. Apalagi kalangan industri rokok gencar beriklan dengan sasaran utama kalangan remaja. Lihat saja kebiasaan anak-anak atau siswa-siswa yang merokok dilingkungan kita. Dan herannya tidak ada yang melarang kecuali orang tuanya sendiri. Padahal sudah ada peringatan bahaya akan merokok, tapi ketika sudah kecanduan (nikotin, red) tidak bisa dibendung. Jika tidak segera diantisipasi jumlah perokok akan terus meningkat dikalangan anak-anak dan remaja kedepannya. Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang di kutip dari CNN Indonesia, tahun 2014, 18,3 persen pelajar Indonesia sudah punya kebiasaan merokok, dengan 33,9 persen berjenis laki-laki dan 2,5 persen perempuan. GYTS 2014 dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13-15 tahun.

Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas) adalah sekitar 30 persen, artinya dengan bertambahnya umur maka persentase perokoknya terus meningkat. GYTS 2014 juga menunjukkan bahwa sebagian besar perokok pelajar tersebut masih merokok kurang dari lima batang sehari. Tapi, ternyata 11,7 persen perokok pelajar laki-laki dan 9,5 persen pelajar perempuan sudah mulai merokok sejak sebelum usia 7 tahun. Kasus yang sama berdasarkan Survei Quit Tobacco Indonesia yang dilakukan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) terhadap 2.015 siswa SMP dan SMA di Yogyakarta, menunjukkan, 16 persen siswa adalah perokok. Kelompok perokok terbagi dalam dua kategori, eksperimenter dan reguler. Sekira 42 pelajar atau 14 persen di antaranya merupakan perokok eksperimenter, yaitu kelompok pelajar yang merokok berawal dari mencoba dengan teman. Sementara sisanya adalah perokok regular yang rutin merokok setiap hari. Demikian seperti dikutip dari situs www.tcsc-indonesia.org Sabtu (06/1/2016). Survei tersebut juga menunjukkan, jumlah perokok eksperimenter SMA lebih banyak dibandingkan dengan siswa SMP, yaitu 13,28 persen, sementara siswa SMP 10,32 persen. Berdasarkan jenis kelamin, perokok eksperimenter laki-laki 21,6 persen sedangkan perempuan 2,76 persen.

Lalu apa sebenarnya alasan siswa ingin merokok? 
Ketua tim peneliti, Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D. menyebutkan, banyak penyebab para siswa ini merokok. Pengaruh keluarga, teman, lingkungan, iklan, serta kemudahan mendapatkan rokok menjadi faktor eksternal penyebab mereka merokok. Sementara faktor internal yang mempengaruhi adalah rasa ingin tahu dan mencoba-coba yang begitu besar, tingkat persepsi, serta tingkat pengetahuan akan rokok dan bahayanya. 

Bagaimana cara menanggulangi siswa yang merokok? 
Prof dr Tjandra Yoga Adiatama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengatakan: “Dalam hal ini, program penanggulangan merokok di lingkungan sekolah punya peran cukup besar. Jangan ada guru dan murid yang merokok di lingkungan sekolah, jangan ada penjual rokok di sekitar sekolah dan juga ada pengetahuan tentang rokok yang diajarkan pada siswa sekolah,” bahkan mengharapkan angka perokok pada dewasa juga dapat dikendalikan lebih baik,” tandasnya.
  • Tawuran 
Bermula dari hal yang sepele berujung pada tawuran, misalkan saja tawuran antara sekolah SMK Ar Rahmah (2SK) dan SMK PGRI III (OTo) yang terjadi di Jalan Raya Bandung-Cianjur Kecamatan Karangtengah, Cianjur, Jumat (27/11/2015) siang sekitar pukul 11:15 WIB. Motif itu bermula saat rombongan pelajar SKM Ar Rahmah hendak pulang dengan menumpang angkutan Cianjur-Ciranjang. Tiba-tiba saja dihadang oleh dua pelajar dari SMK (Oto), kemudian pelajar SMK (Oto) yang mengendarai motor boncengan dengan pelajar SMK Ar Rahmah saling ejek, tak lama mereka turun dan terjadilah duel maut. “Entah siapa yang mulai duluan, akhirnya satu pelajar dari SMK Ar Rahmah tewas. Innalillahi…! Dari kejadian tersebut bahwa hal sepele berakhir dengan maut. Terus apa sih gunanya? Padahal semua siswa tahu bahaya daripada tawuran, tapi karena jiwa labilnya ini yang susah untuk dikendalikan, dan susah untuk diatur serta di nasehati.
  • Ngobrol dengan temannya saat guru menjelaskan
Siswa lebih memilih ngobrol saat guru menjelaskan di kelas karena factor ketidakmenarikan cara menjelaskannya, bosan dengan metode belajarnya sehingga siswa jenuh. Maka penting guru itu merubah metode dan strategi mengajar yang tepat sesuai sikon.
  • Siswa tidur di kelas
Biasanya akibat dari metode ceramah ini memberikan efek negative yakni siswa mengantuk, coba gunakan ceramah bervariasi yang dibubuhi humor atau stand up comedy juga bisa, tapi ingat jangan over (berlebihan). 
  • Menyontek saat ulangan
Bagaimana siswa akan bisa mengerjakan ulangan jika tidak belajar? Akibat dari banyak main. Main HP/gadget, menonton TV, main sampai larut malam sama teman, sehingga lupa tugasnya sebagai pelajar. Tahunya besok ulangan kaget dan ngebleng tidak bisa menjawab, kemudian alternatif menyontek punya temannya. 

Itulah kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan oleh siswa, mungkin anda punya suguhan lain, silahkan komentar sebagai pelengkap artikel ini. Terima kasih !


Sumber:
Depa, 2015. Tawuran Pelajar di Cianjur : Giliran 2SK VS Oto, Satu Tewas Ditusuk Pecahan Botol. [Online]
Available at: http://jabar.pojoksatu.id
[Accessed Saturday February 2016].
Kompas, 2008. Jumlah Perokok Pemula Meningkat. [Online]
Available at: http://nasional.kompas.com
[Accessed Saturday February 2016].
Puspitarini, M., 2011. Siswa SMA dan SMP di Yogyakarta Merokok karena Coba-coba. [Online]
Available at: http://www.tcsc-indonesia.org
[Accessed Saturday February 2016].
Putri, N., 2012. Kebiasaan Buruk Para pelajar. [Online]
Available at: http://nadyaputri700.blogspot.co.id
[Accessed Saturday February 2016].
Wahyuningsih, M., 2015. 18 Persen Pelajar Indonesia Sudah Jadi Pecandu Rokok. [Online]
Available at: http://www.cnnindonesia.com
[Accessed Saturday February 2016].
0 Komentar untuk : Kebiasaan Buruk Para Siswa